Selasa, 10 Januari 2012

strategi pembelajaran


      BAB I
HAKEKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

*MAKNA BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

1.       Belajar, perkembangan, dan pendidikan
Belajar, perkembangan, dan pendidikan merupakan suatu peristiwa dan tindakan sehari-hari. Dari siswa sebagai pelaku belajar dan dari sisi guru sebagai pembelajar. Dapat ditemukan adanya perbedaan dan persamaan. Hubungan siswa dan guru adalah hubungan fungsional, dalam arti perilaku pendidik dan perilaku terdidik.
2.     Ciri-ciri belajar dan pembelajaran
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa ssendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses balajar.
          Berikut berapa pendapat para ahli tentang belajar:
a)     Belajar menurut pandangan skinner
Belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
b)    Belajar menurut gagne
Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kafasilitas.         Setelah belajar orang memiliki kerampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
c)     Belajar menurut pandangan piaget
Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perlimbahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.
d)    Belajar menurut rogers
Rogers menyayangkan praktek pendidikan disekolah tahun 1960-an. Menurut pendapatnya, praktek pendidikan menitik beratnya pada segi pengajaran bukan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan hasil siswa hanya menghapalkan pelajaran.
*TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
1.     Tujuan instruksional, tujuan  pembelajaran, dan tujuan belajar
Dari segi guru, tujuan instruksional dan tujuan pembelajaran merupakan pedoman tindak mengajar dengan acuan berbeda. Tujuan instruksional ( umum dan khusus) dijabarkan dari kurikulum yang berlaku secara legal disekolah. Tujuan kurikulum sekolah tersebut dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional yang terumus didalam UU pendidikan yang berlaku.
Dari segi siswa, secara belajar merupakan panduan belajar. Sasaran belajar tersebut diketahui oleh siswa sebagai akibat adanya informasi guru. Panduan belajar tersebut harus diikuti, sebab mengisyaratkan kretria keberhasilan belajar. Keberhasilan siswa merupakan prasyarat bagi program belajar selanjutnya. Keberhasilan belajar siswa berarti “ tercapainya” tujuan belajar siswa, dengan demikian merupakan tercapainya tujuan instruksional, dan sekaligus tujuan belajar “perantara” bagi siswa.
2.     Siswa dan tujuan belajar
Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar disekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami tindak mengajar, dan merespons dengan tindak belajar. Pada umumnya semula siswa belum menyadari pentingnya belajar. Berkat informasi guru tentang sasaran siswa belajar, maka  siswa mengetahui apa arti bahan belajar baginya.
*TEORI  DALAM  BELAJAR
. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Dalam teori psikologi konsep belajar Gagne ini dinamakan perpaduan antara aliran behaviorisme dan aliran instrumentalisme.
Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap. Hudgins Cs. (1982) berpendapat Hakekat belajar secara tradisional belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam tingkah laku, yang mengakibatkan adanya pengalaman . Jung , (1968) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku dari suatu organisme dimodifikasi oleh pengalaman. Ngalim Purwanto, (1992 : 84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.
Pada dasarnya prinsip belajar lebih dititikberatkan pada aktivitas peserta didik yang menjadi dasar proses pembelajaran baik dijenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah lanjutan Tingkat Atas (SLTA) maupun Tingkat Perguruan Tinggi.
Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah ” . suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu “. Tyson dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar ialah . a way working with students … A process of interaction . the teacher does something to student, the students do something in return. Dari definisi itu tergambar bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah ” . suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar”. Tardif (1989) mendefinisikan, mengajar adalah . any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar. Biggs (1991), seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu
a. Pengertian Kuantitatif dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebai-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab pengajar.
b. Pengertian institusional yaitu mengajar berarti . the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat , kemampuan dan kebutuhannya.
c. Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri. Dari definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan pengajaran tercaqpai.
A.   Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan , penguasaan kemahiran dan tabiat , serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
*MENGAJAR DAN MENDIDIK
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
Sepanjang pengetahuan saya, untuk mengetahui perbedaan mendidik dan mengajar ada kalanya kita berkaca pada sejarah. Pada awalnya kita mengenal istilah “pedagogy” dan bukan “edukasi” yang seperti kita kenal sekarang ini. Hal ini merujuk pada pendapatnya Mark E. Hanson, yaitu adanya satelit Soviet yang terkenal, Sputnik mengejutkan Orang Amerika, kekuatan detik secara signifikan berdampak pada pendidikan AS. Suatu ketakutan mengikat emosi berpacu bangsa AS. Bahwa pendidikan AS telah tertinggal. Ketakutan yang sama menelan
daratan itu lagi pada tahun 1983, dengan laporan penerbitan A Nation at
Risk. pengarah untuk memulai memodernisasi kurikulum, aspecially dalam
area ilmu pengetahuan, matematika, dan bahasa asing. Proyek telah
dikembangkan oleh universitas akademis, seperti Physical Science Studi
Commitee Eksakta (PSSC) dan University of Illinois Committee on School
Mathematics (ULCSM), hal itu dimaksudkan untuk membaharui, dan
meningkatkan mutu isinya merangsang teknik mengajar yang diorientasikan
pada penemuan (discovery oriented).
BAB II
MOTIVASI DAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN
*PENGERTIAN MOTIVASI
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (koeswara,1989; siagian 1989; schein 1991; biggs & telfer 1987).
3       komponen utama dalam motivasi yaitu:
1.     Kebutuhan
Kebutuhan terjadi bila individual merasa ada ketidak seimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan.
2.     Dorongan
Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi.
3.     Tujuan
Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar.

*FUNGSI MOTIVASI DALAM BELAJAR
1.     Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.
2.     Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya.
3.     Mengarahkan kegiatan belajar.
4.     Membesarkan semangat belajar, serta
5.     Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (disela-selanya adalah istirahat atau bermain) yang bersinambung.



*MACAM-MACAM MOTIVASI DAN CONTOH MOTIVASI
1.     Motivasi primer
Adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani, sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya.
2.     Motivasi sekunder
Adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan mitivasi primer. Menurut  beberapa ahli, manusia adalah makhluk sosial. Perilakunya tidak hanya terpengaruh oleh faktor biologis saja, tetapi juga faktor-faktor sosial.
          Perilaku manusia terpengaruh oleh 3 (tiga) komponen yaitu:
a)     Komponen afektif adalah aspek emosional. Komponen ini terdiri dari motif sosial, sikap, dan emosi.
b)    Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang terkait dengan pengetahuan.
c)     Komponen konatif adalah terkait dengan kemampuan dan kebiasaan bertindak.

*JENIS-JENIS AKTIVITAS DALAM BELAJAR
Walaupun belajar dikatakan berubah, namun untuk mendapatkan perubahan itu bermacam-macam caranya. Setiap perbuatan belajar mempunyai ciri-ciri masing-masing. Para ahli dengan melihat ciri-ciri yang ada di dalamnya, mencoba membagi jenis-jenis belajar ini, disebabkan sudut pandang. Oleh karena itu, sampai saat ini belum ada kesepakatan atau keragaman dalam merumuskannya. A. De Block misalnya berbeda dengan C. Van Parreren dalam merumuskan sistematika jenis-jnis belajar. Demikian juga antara rumusan sistematika jenis-jenis belajar yang dikemukakan oleh C. Van Parreren dengan Robert M. Gagne.
Jenis-jenis belajar yang diuraikan dalam pembahasan berikut ini merupakan penggabungan dari pendapat ketiga ahli di atas. Walaupun begitu, dari pendapat ketiga para ahli di atas, ada jenis-jenis belajar tertentu yang tidak dibahas dalam kesempatan ini, dengan pertimbangan sifat buku yang dibahas.
Oleh karena itu, jenis-jenis belajar yang diuraikan berikut ini menyangkut masalah belajar arti kata-kata, belajar kognitif, belajar menghafal, belajar teoritis, belajar kaedah, belajar konsef/pengertian, belajar keterampilan motorik, dan belajar estetik. Untuk jelasnya ikutilah uraian berikut.
1.      Belajar arti kata-kata
Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah dikenal, tetapi belum tahu artinya. Misalnya, pada anak kecil, dia sudah mengetahui kata “kucing” atau “anjing”, tetapi dia belum mengetahui bendanya, yaitu binatang yang disebutkan dengan kata itu. Namun lama kelamaan dia mengetahui juga apa arti kata “kucing” atau “anjing”. Dia sudah tahu bahwa kedua binatang itu berkaki empat dan dapat berlari. Suatu ketika melihat seekor anjing dan anak tadi menyebutnya “kucing”. Koreksi dilakukan bahwa itu bukan kucing, tetapi anjing. Anak itu pun tahu bahwa anjing bertubuh besar dengan telinga yang cukup panjang, dan kucing itu bertubuh kecil dengan telinga yang kecil dari pada anjing.
Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang belum diketahui. Tanpa hal ini, maka sukar menggunakannya. Kalau pun dapat menggunakannya, tidak urung ditemukan kesalahan penggunaan. Mengerti arti kata-kata merupakan dasar-dasar terpenting. Orang yang membaca akan mengalami kesukaran untuk memahami isi bacaan. Karena ide-ide yang terpatri dalam setiap kata. Dengan kata-kata itulah, para penulis atau pengarang melukiskan ide-idenya kepada siding pembaca. Oleh karena itu, penguasaan arti kata-kata adalah penting dalam belajar.
2.      Belajar Kognitif
Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan hasil perjalanannya berupa pengalamannya kepada temuannya. Ketika dia menceritakan pengalamannya selama dalam perjalanan, dia tidak tidak dapat menghadirkan objek-objek yang pernah dilihatnya selama dalam perjalanan itu di hadapan temannya itu, dia hanya dapat menggambarkan semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Gagasan atau tanggapan tentang objek-objek yang dilihat itu dituangkan dalam kata-kata atau kalimat yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.
Bila tanggapan berupa objek-objek materil dan tidak materil telah dimiliki, maka seseorang telah mempunyai alam pikiran kognitif. Itu berarti semakin banyak pikiran dan gagasan yang dimiliki seseorang, semakin kaya dan luaslah alam pikiran kognitif orang itu.
Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa melepaskan diri dari kegiatan belajar kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak berproses ketika memberikan tanggapan terhadap ojek-objek yang diamati. Sedangkan belajar itu sendiri adalah proses mental yang bergerak kearah perubahan.
3.      Belajar Menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan ( diingat ) kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali kealam dasar.
Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh syarat-syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian adalah kacau, dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia.
4.      Belajar Teoritis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah. Maka, diciptakan konsep-konsep, relasi-relasi di antara konsep-konsep dan struktur-struktur hubungan. Misalnya, “bujur sangkar” mencakup semua persegi empat; iklim dan cuaca berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman; tumbuh-tumbuhan dibagi dalam genus dan species. Sekaligus dikembangkan dalam metode-metode untuk memecahkan problem-problem secara efektif dan efesien, misalnya dalam penelitian fisika.
5.      Belajar Konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).
Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep ini mewakili benda tertentu, seperti meja, kursi, tumbuhan, rumah, mobil, sepeda motor dan sebagainya. Konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan. Hanya dirasakan adanya melalui proses mental. Misalnya, saudara sepupu, saudara kandung, paman, bibi, belajar, perkawinan, dan sebagainya, adalah kata-kata yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa, bahkan dengan mikroskop sekalipun. Untuk memberikan pengertian pada semua kata itu diperlukan konsep yang didefinisikan dengan menggunakan lambang bahasa.
Ahmad adalah saudara sepupu Mahmud; merupakan kenyataan (realitas), tetapi tidak dapat diketahui dengan mengamati Ahmad dan Mahmud. Kenyataan itu dapat diketahui dengan menggunakan lambang bahasa. Kata “saudara sepupu” dijelaskan. Penjelasan atas kata “saudara sepupu” itulah yang dimaksudkan disini dengan konsep yang didefinisikan. Berdasarkan konsep yang didefinisikan, didapatkan pengertian, sauadara sepupu adalah anak dari paman atau bibi.
Akhirnya, belajar konsep adalah berfikir dalam konsep dan belajar pengertian. Taraf ini adalah taraf konprehensif. Taraf kedua dalam taraf berfikir. Taraf pertamanya adalah taraf pengetahuan, yaitu belajar reseptif atau menerima.
6.      Belajar Kaidah
Belajar kaidah (rule) termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual (intellectual skill), yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mereprensikan suatu keteraturan. Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, mampu menghubungkan beberapa konsep. Misalnya, seseorang berkata, “besi dipanaskan memuai”, karena seseorang telah menguasai konsep dasar mengenai “besi”, “dipanaskan” dan “memuai”, dan dapat menentukan adanya suatu relasi yang tetap antara ketiga konsep dasar itu (besi, dipanaskan, dan memuai), maka dia dengan yakin mengatakan bahwa “besi dipanaskan memuai”.
Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan suatu representasi (gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, belajar kaidah sangat penting bagi seseorang sebagai salah salah satu upaya penguasaan ilmu selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi (universitas).
7.      Belajar Berpikir
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.
Dalam konteks ini ada istilah berpikir konvergen dan berpikir divergen. Berpikir konvergen adalah berpikir menuju satu arah yang benar atau satu jawaban yang paling tepat atau satu pemecahan dari suatu masalah. berpikir divergen adalah berpikir dalam arah yang berbeda-beda, akan diperoleh jawaban-jawaban unit yang berbeda-beda tetapi benar.
Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
·        Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah.
·        Masalah itu diperjelas dan dibatasi.
·        Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.
·        Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis, kemudian hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.
·        Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sabagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada kesimpulan.

Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
a)     Kesadaran akan adanya masalah.
b)    Merumuskan masalah.
c)     Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis.
d)    Menguji hipotesis-hipotesis itu.
e)     Menerima hipotesis yang benar.
Meskipun diperlukan langkah-langkah, menurut Dewey, tetapi pemecahan masalah itu tidak selalu mengikuti urutan yang teratur, melainkan meloncat-loncat antara macam-macam langkah tersebut. Lebih-lebih apabila orang berusaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks.


                                              BAB III
              MEDIA PEMBELAJARAN DAN BAHAN AJAR
*MEDIA CETAK
Tahun 1970 ditemukan teknologi CCD (Charged Caupled Device) menggantikan tabung citra vidicon. Tidak ada yang meramalkan bahwa di kemudian hari temuan Boyle dan Smith tersebut akan menjadi tonggak yang mempercepat perkembangan teknologi penangkap gambar diam maupun gambar gerak. Kamera foto dan kamera video berkembang sangat pesat berkat penemuan tersebut. Akhirnya hanya tinggal teknik lensa saja yang hampir tidak berubah. Media penyimpan mengalami perkembangan dan melahirkan banyak varian, di antaranya dalam bentuk pita (cassete), cakram (disk), dan memori chip. Dengan demikian sinematografi tidak lagi identik dengan media penyimpan film/selluloid. Masyarakat mulai risih menyebut gambar hasil tangkapan dengan teknik sinematografi sebagai film karena media penyimpannya memang bukan lagi film. CCD yang jauh lebih murah dibanding tabung citra vidicon juga menyebabkan harga kamera menjadi murah, dengan demikian penyebarannya menjadi lebih pesat. Memasyarakatnya kamera video menyebabkan semakin banyaknya objek yang biasa dikemas menjadi tayangan video. Dulu hanya film dalam arti film cerita saja yang merupakan karya sinematografi, sekarang berbagai dokumentasi dapat dikemas menjadi tayangan video, dan semua itu memerlukan teknik sinematografi. Fenomena ini mengokohkan penggunaan istilah media audio-visual untuk karya-karya sinematografi.
Media berarti wadah atau sarana. Dalam bidang komunikasi, istilah media yang sering kita sebut sebenarnya adalah penyebutan singkat dari media komunikasi. Media komunikasi sangat berperan dalam mempengaruhi perubahan masyarakat. Televisi dan radio adalah contoh media yang paling sukses menjadi pendorong perubahan. Audio-visual juga dapat menjadi media komunikasi. Penyebutan audio-visual sebenarnya mengacu pada indra yang menjadi sasaran dari media tersebut. Media audiovisual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari khalayak sasaran (penonton). Produk audio-visual dapat menjadi media dokumentasi dan dapat juga menjadi media komunikasi. Sebagai media dokumentasi tujuan yang lebih utama adalah mendapatkan fakta dari suatu peristiwa. Sedangkan sebagai media komunikasi, sebuah produk audio-visual melibatkan lebih banyak elemen media dan lebih membutuhkan perencanaan agar dapat mengkomunikasikan sesuatu. Film cerita, iklan, media pembelajaran adalah contoh media audio-visual yang lebih menonjolkan fungsi komunikasi. Media dokumentasi sering menjadi salah satu elemen dari media komunikasi. Karena melibatkan banyak elemen media, maka produk audio-visual yang diperuntukkan sebagai media komunikasi kini sering disebut sebagai multimedia.
Pada masyarakat yang masih terbelakang (belum berbudaya baca-tulis) elemen-elemen multimedia tidak seluruhnya secara optimal menunjang komunikasi. Masyarakat terbelakang hanya mengenal gambar dan suara. Pada masyarakat modern seluruh elemen multimedia menjadi sangat vital dalam membangun kesatuan dan memperkaya informasi. Suara, teks, gambar statis, animasi dan video harus diperhitungkan sedemikian rupa penampilannya, sehingga dapat menyajikan informasi yang sesuai dengan ciri khas masyarakat modern yakni efektif dan efisien. Untuk kepentingan efektifitas dan efisiensi inilah kemudian muncul istilah multimedia yang bersifat infotainment (informatif sekaligus menghibur) dan multilayer (beberapa lapis tampil pada saat yang sama). Saat menyaksikan tayangan TV masyarakat telah terbiasa melihat sinetron sambil mencermati tambahan berita dalam bentuk teks yang bergerak di bagian bawah layar TV, dan sesekali melirik logo perusahaan TV di pojok atas.
MEDIA AUDIOVISUAL


Penegrtian tentang media audio visual
Audio visual sering disebut dengan AVA, singkatan dari Audio Visual Aids, bisa diartikan alat pembantu atau alat peraga Audio Visual. Kemudian istilah ini lazim disebut dengan “media audio visual” untuk pembahasan selanjutnya kita gunakan istilah ini.
Dalam pengertian yang luas, yang dimaksud dengan media audio visual meliputi semua alat peraga pendidikan yang dapat dilihat dan didengar.
Pengertian lain yang perlu diketahui ialah perbedaan media audio visual dengan apa yang disebut hardware (alat penampilnya) dan software (program pengajarannya). Contoh hardware dari sebuah media audio visual misalnya: cassete yang berisi program pengajaran tertentu.
Pembagian media audio visual
Media audio visual dapat dibedakan kedalam beberapa bagian:
Media audio
Media visual
Media audio visual
Pembagian yang lebih jelas dapat diperinci sebagai berikut:

a.    Media audio
-1    Radio
-2    Piringan hitam
-3    Tape/cassette    Hardware
Pesawat radio
Pick up
Tape recorder    Software
Program radio
Piringan hitam
Cassete yang diberi program
b.    Media visual
-4    Film (bisu)
-5    Slide
-6    Film strips
-7    Overhead projection
-8    Komputer
-9    (wallshouts (peta, carts, diagram, poster dll benda-benda ini tidak mempunyai alat-alat khusus melihat.
-10    Dll    Hardware
Projector film
Projector slide
Projector film strip
Overhead projector

Perangkat komputer    Software
Film (bisu)
Slide
Film strip
OHP Transparancies

Disket yang berisi program
c.    Media audio visual
-11    Televisi
-12    Radio vision

-13    Film bicara
-14    Tape dan sound slide
-15    Dramatisasi
-16    Dan lain-lain    Hardware

Pesawat televisi
Pesawat radio/slides/film
Projector film
Projector slide     Software

Program televisi
Slides/film strips

Film
Slaides/cassette

Kegunaan media audio visual
Belajar dengan menggunakan media audio visual banyak sekali manfaatnya, karena dengan menggunakan media audio visual dapat memperoleh pengalaman yang lebih banyak, mengesankan, lebih jelas dan konkrit. Disamping itu media audio visual mempunyai potensi pokok (menurut edger dale):
Memberikan dasar-dsar konkrit untuk berfikir
Membuat pelajaran lebih menarik
Memungkinkan hasil belajar lebih tahan
Memberikan pengalaman-pengalaman yang nyata
Mengembangkan keteraturan dan kontinuitas berfikir
Dapat memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak diperoleh lewat cara lain dan membuat kegiatan belajar lebih mendalam efisien dan beraneka ragam.
Disamping itu keguanaan lain dari media audio visual antara lain:
Media audio visual dapat mengatasai batasan ruang
Media audio visual dapat mengatasi batasan waktu
Media audio visual dapat meneyderhanakan obejek yang terlalu komplek
Media audio visual dapat memperbesar dan memperkecil ukuran objek
Media audio visual dapat dilakukan berulang kali

*MEDIA BERBASIS KOMPUTER
Komputer merupakan jenis media yang secara virtual dapat menyediakan respon yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh siswa. Lebih dari itu, komputer memiliki kemampuan menyimpan dan memanipulasi informasi sesuai dengan kebutuhan. Perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah memungkinkan komputer memuat dan menayangkan beragam bentuk media di dalamnya. Dalam hal ini Heinich, Molenda, & Russel (1996: 228) mengemukakan bahwa : “…It has ability to control and integrate a wide variety of media – still pictures, graphics and moving images, as well as printed information. The computer can also record, analyze, and react to student responses that are typed on a keyboard or selected with a mouse“.
Saat ini teknologi komputer tidak lagi hanya digunakan sebagai sarana komputasi dan pengolahan kata (word processor) tetapi juga sebagai sarana belajar multi media yang memungkinkan peserta didik membuat desain dan rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan. Sajian multimedia berbasis komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, dan suara dalam sebuah tampilan yang terintegrasi. Dengan tampilan yang dapat mengkombinasikan berbagai unsur penyampaian informasi dan pesan, komputer dapat dirancang dan digunakan sebagai media teknologi yang efektif untuk mempelajari dan mengajarkan materi pembelajaran yang relevan misalnya rancangan grafis dan animasi.
Multimedia berbasis komputer dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana dalam melakukan simulasi untuk melatih keterampilan dan kompetensi tertentu. Misalnya, penggunaan simulator kokpit pesawat terbang yang memungkinkan peserta didik dalam akademi penerbangan dapat berlatih tanpa menghadapi risiko jatuh. Contoh lain dari penggunaan multimedia berbasis komputer adalah tampilan multimedia dalam bentuk animasi yang memungkinkan mahasiswa pada jurusan eksakta, biologi, kimia, dan fisika melakukan percobaan tanpa harus berada di laboratorium.
Perkembangan teknologi komputer saat ini telah membentuk suatu jaringan (network) yang dapat memberi kemungkinan bagi siswa untuk berinteraksi dengan sumber belajar secara luas. Jaringan komputer berupa internet dan web telah membuka akses bagi setiap orang untuk memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan terkini dalam bidang akademik tertentu. Diskusi dan interaksi keilmuan dapat terselenggara melalui tersedianya fasilitas internet dan web di sekolah.
Penggunaan internet dan web tidak hanya dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap kegiatan akademik siswa tapi juga bagi guru. Internet dan web dapat memberi kemungkinan bagi guru untuk menggali informasi dan ilmu pengetahuan dalam mata pelajaran yang menjadi bidang ampuannya. Melalui penggunaan internet dan web, guru akan selalu siap mengajarkan ilmu pengetahuan yang mutakhir kepada siswa. Hal ini tentu saja menuntut kemampuan guru itu sendiri untuk selalu giat mengakses website dalam bidang yang menjadi keahliannya. Hal ini sejalan dengan definisi Pannen (2003) mengenai media dan teknologi pembelajaran di sekolah dalam arti luas yang mencakup perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan sumberdaya manusia (humanware) yang dapat digunakan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.
Media dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat bantu untuk memperjelas pesan yang disampaikan guru. Media juga berfungsi untuk pembelajaran individual dimana kedudukan media sepenuhnya melayani kebutuhan belajar siswa (pola bermedia). Beberapa bentuk penggunaan komputer media yang dapat digunakan dalam pembelajaran meliputi:
1.  Penggunaan Multimedia Presentasi.
Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang sifatnya teoretis, digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan group belajar yang cukup banyak di atas 50 orang. Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia projector yang memiliki jangkauan pancar cukup besar. Kelebihan media ini adalah menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan modalitas belajar siswa. Program ini dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditif maupun kinestetik. Hal ini didukung oleh teknologi perangkat keras yang berkembang  cukup lama, telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam kegiatan presentasi. Saat ini teknologi pada bidang rekayasa komputer menggantikan peranan alat presentasi pada masa sebelumnya. Penggunaan perangkat lunak perancang presentasi seperti Microsoft power point yang dikembangkan oleh Microsoft incCorel presentation yang dikembangkan oleh Coral inc” hingga perkembangan terbaru perangkat lunak yang dikembangkan Macromedia inc, yang mengembangkan banyak sekali jenis perangkat lunak untuk mendukung kepentingan tersebut.
Berbagai perangkat lunak yang memungkinkan presentasi dikemas dalam bentuk multimedia yang dinamis dan sangat menarik. Perkembangan perangkat lunak tersebut didukung oleh perkembangan sejumlah  perangkat keras penunjangnya. Salah satu produk yang paling banyak memberikan pengaruh dalam penyajian bahan presentasi digital saat ini adalah perkembangan monitor, kartu video, kartu audio serta perkembangan proyektor digital (digital image projector) yang memungkinkan bahan presentasi dapat disajikan secara digital untuk bermacam-macam  kepentingan dalam berbagai kondisi dan situasi, serta ukuran ruang dan  berbagai karakteristik audience. Tentu saja hal ini menyebabkan perubahan besar pada trend metode presentasi saat ini, dan dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Pengolahan bahan presentasi dengan menggunakan komputer tidak hanya untuk dipresentasikan dengan menggunakan alat presentasi digital dalam bentuk Multimedia projector (seperti LCD, In-Focus dan sejenisnya), melainkan juga dapat dipresentasikan melalui peralatan proyeksi lainnya, seperti over head projector (OHP) dan film slides projector yang sudah lebih dahulu diproduksi. Sehingga lembaga atau instansi yang belum memiliki perangkat alat presentasi digital akan tetapi telah memiliki kedua alat tersebut, dapat memanfaatkan pengolahan bahan presentasi melalui komputer secara maksimal. Dalam sudut pandang proses pembelajaran, presentasi merupakan salah satu metode pernbelajaran. Penggunaannya yang menempati frekuensi paling tinggi dibandingkan dengan metode lainnya. Berbagai alat yang dikembangkan, telah memberikan pengaruh yang sangat basar bukan hanya pada pengembangan kegiatan praktis dalam kegiatan presentasi pembelajaran akan tetapi juga pada teori-teori yang mendasarinya. Perkembangan terakhir pada bidang presentasi dengan alat bantu komputer telah menyebabkan perubahan tuntutan penyelenggaraan pembelajaran. Di antaranya tuntutan terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan para guru dalam mengolah bahan-bahan pembelajaran ke dalam media presentasi yang berbasis komputer.
2. CD Multimedia Interaktif
CD interaktif dapat digunakan pada pembelajaran di sekolah sebab cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa terutama komputer. Terdapat dua istilah dalam perkembangan CD interaktif ini yaitu Computer Based Instructuion (CBI) dan Computer Assisted Instructuion (CAI) Sifat media ini selain interaktif juga bersifat multi media terdapat unsur-unsur media secara lengkap yang meliputi sound, animasi, video, teks dan grafis. Beberapa model multimedia interaktif di antaranya:
·        Model Drill: Model drills dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.
·        Model Tutorial: Program CBI tutorial dalam merupakan program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak berupa program komputer yang berisi materi pelajaran. Metode Tutorial dalam CAI pola dasarnya mengikuti pengajaran Berprograma tipe Branching yaitu informasi/mata pelajaran disajikan dalam unit – unit kecil, lalu disusul dengan pertanyaan. Respon siswa dianalisis oleh komputer (Diperbandingkan dengan jawaban yang diintegrasikan oleh penulis program) dan umpan baliknya yang benar diberikan. (Nana Sudjana & Ahmad Rivai:139). Program ini juga menuntut siswa untuk mengaplikasikan ide dan pengetahuan yang dimilikinya secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.
·        Model Simulasi: Model simulasi dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.
·        Model Games: Model permainan ini dikembangkan berdasarkan atas “pembelajaran menyenangkan”, di mana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan permainan. Dalam konteks pembelajaran sering disebut dengan Instructional Games (Eleanor.L Criswell, 1989: 20)
Pada umumnya tipe penyajian yang banyak digunakan adalah “tutorial”. Tutorial ini membimbing siswa secara tuntas menguasai materi dengan cepat dan menarik. Setiap siswa cenderung memiliki perbedaan penguasaan materi tergantung dari kemampuan yang dimilikinya. Penggunaan tutorial melalui CD interaktif lebih efektif untuk mengajarkan penguasaan Software kepada siswa dibandingkan dengan mengajarkan hardware. Misalnya tutorial Microsoft Office Word, Access, Excel, dan Power Point. Kelebihan lain dari CD interaktif ini adalah siswa dapat belajar secara mandiri, tidak harus tergantung kepada guru/instruktur. Siswa dapat memulai belajar kapan saja dan dapat mengakhiri sesuai dengan keinginannya. Selain itu, materi-materi yang diajarkan dalam CD tersebut dapat langsung dipraktekkan oleh siswa terhadap siftware tersebut. Terdapat juga fungsi repeat, bermanfaat untuk mengulangi materi secara berulang-ulang untuk penguasaan secara menyeluruh.
3.  Video Pembelajaran.
Selain CD interaktif, video termasuk media yang dapat digunakan untuk pembelajaran di SD. Video ini bersifat interaktif-tutorial membimbing siswa untuk memahami sebuah materi melalui visualisasi. Siswa juga dapat secara interaktif mengikuti kegiatan praktek sesuai yang diajarkan dalam video. Penggunaan CD interaktif di SD cocok untuk mengajarkan suatu proses. Misalnya cara penyerbukan pada tumbukan, teknik okulasi, pembelahan sel, proses respirasi dan lain-lain.
4. Internet
Internet, singkatan dari interconection and networking, adalah jaringan informasi global, yaitu,“the largest global network of computers, that enables people throughout the world to connect with each other¨. Internet diluncurkan pertama kali oleh J.C.R. Licklider dari MIT (Massachusetts Institute Technology) pada bulan Agustus 1962.
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. “Through independent study, students become doers, as well as thinkers” (Cobine, 1997). Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan, museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik, (Gordin et. al., 1995). Informasi yang diberikan server-computers itu dapat berasal dari commercial businesses (.com), goverment services (.gov), nonprofit organizations (.org), educational institutions (.edu), atau artistic and cultural groups (.arts)
Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran dan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupan nyatanya (real life). Siswa dan guru tidak perlu hadir secara fisik di kelas (classroom meeting), karena siswa dapat mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta ujian dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan secara online. Siswa dapat belajar bekerjasama (collaborative) satu sama lain. Mereka dapat saling berkirim e-mail (electronic mail) untuk mendiskusikan bahan ajar. Selain mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru siswa dapat berkomunikasi dengan teman sekelasnya.
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
1)    Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas.
2)    Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa.
3)    Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing.
4)    Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing pembelajar/siswa.
5)    Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.
Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik pembelajar/siswa; dan memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua siswa maupun guru) dapat turut serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara on-line.
Perkembangan/kemajuan teknologi internet yang sangat pesat dan merambah ke seluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan oleh berbagai negara, institusi, dan ahli untuk berbagai kepentingan termasuk di dalamnya untuk pendidikan/pembelajaran. Berbagai percobaan untuk mengembangkan perangkat lunak (program aplikasi) yang dapat menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan/pembelajaran terus dilakukan. Perangkat lunak yang telah dihasilkan akan memungkinkan para pengembang pembelajaran (instructional developers) bekerjasama dengan ahli materi (content specialists) mengemas materi pembelajaran elektronik (online learning material).  Pembelajaran melalui internet di Sekolah Dasar dapat diberikan dalam beberapa format (Wulf, 1996), di antaranya adalah: (1) Electronic mail (delivery of course materials, sending in assignments, getting and giving feedback, using a course listserv., i.e., electronic discussion group, (2) Bulletin boards/newsgroups for discussion of special group, (3) Downloading of course materials or tutorials, (4) Interactive tutorials on the Web, dan (5) Real time, interactive conferencing using MOO (Multiuser Object Oriented) systems or Internet Relay Chat.
Setelah bahan pembelajaran elektronik dikemas dan dimasukkan ke dalam jaringan sehingga dapat diakses melalui internet, maka kegiatan berikutnya yang perlu dilakukan adalah mensosialisasikan ketersediaan program pembelajaran tersebut agar dapat diketahui oleh masyarakat luas khususnya para calon peserta didik. Para guru juga perlu diberikan pelatihan agar mereka mampu mengelola dengan baik penyelenggaraan kegiatan pembelajaran melalui internet. Karakteristik/potensi internet sebagaimana yang telah diuraikan di atas tentunya masih dapat diperkaya lagi dengan yang lainnya.  Namun, setidak-tidaknya ketiga karakteristik/potensi internet tersebut dipandang sudah memadai sebagai dasar pertimbangan untuk penyelenggaraan kegiatan pembelajaran melalui internet.


BAB IV
KURIKULUM


A.   PENGERTIAN KURIKULUM

1.     Pengertian kurikulum

Kata “kurikulum” berasal dari satu kata latin yang berarti “jalur pacu” dan secara tradisional, kurikulum sekolah disajikan seperti itu (ibarat jalan) bagi kebanyakan orang (zais, 1976:6). Menurut zais kurikulum yakni: kurikulum sebagai program pelajaran, kurikulum sebagai isi pelajaran, pengalaman belajar yang direncanakan, pengalaman dibawah tanggung jawab sekolah, suatu rencana (tertulis) untuk dilaksanakan.

a.     Kurikulum sebagai jalan meraih ijazah.
Kurikulum merupakan syarat mutlak dalam pendidikan formal. Pada pendidikan formal terdapat jenjang-jenjang pendidikan yang selalu berakhir dengan ijazah atau surat tanda tamat belajar (STTB). Kurikulum merupakan jalan yang berisi sejumlah mata pelajaran/bidang studi dan isi pelajaran yang harus dilalui untuk meraih ijazah.

b.     Kurikulum sebagai mata dan isi palajaran
Kurikulum sebagai jalan meraih ijazah mengisyaratkan adanya sejumlah mata   pelajaran/bidang studi dan isi pelajaran yang harus diselesaikan oleh siswa.

c.      Kurikulum sebagai rencana kegiatan pembelajaran
Winecoff (1988:1)  seperti dikemukakan oleh winecoff, secara jelas menunjukkan bahwa kurikulum didefinisikan sebagai satu rencana yang dikembangkan untuk mendukung proses mengajar/belajar di dalam arahan dan bimbingan sekolah, akademi atau universitas dan para stafnya.

d.     Kurikulum sebagai hasil belajar
Popham dan baker mendefinisikan bahwa semua rencana hasil belajar (learning outcomes) yang merupakan tanggung jawab sekolah adalah kurikulum.
Tanner (1980:43) memandang kurikulum sebagai rekonstruksi pengetahuan dan pengalaman, yang secara sistematis dikembangkan dengan bantuan sekolah atau universitas. Dengan demikian, kurikulum sebagai hasil belajar yang diterapkan.

e.      Kurikulum sebagai pengalaman belajar
Dari keempat konsep kurikulum yang diuraikan sebelumya, dapatlah kita menandai bahwa setiap orang yang terlibat dalam pengimplementasian kurikulum tersebut akan memperoleh pengalaman belajar.



2.     Landasan pengembangan kurikulum

1.     Landasan filosofis
Pendidikan ada dan berada dalam kehidupan masyarakat sehingga apa yang dikehendaki oleh masyarakat untuk dilestarikan diselenggarakan melalui pendidikan ( dalam arti seluas-luasnya) ( raka joni, 1983 ; 3). Segala kehendak yang dimiliki oleh masyarakat merupakan sumber nilai yang memberikan arah pada pendidikan.

2.     Landasan sosial-budaya-agama
Realitas sosial,budaya,agama yang ada dalam masyarakat merupakan bahan kajian pengembangan kurikulum untuk digunakan sebagai landasan pengembangan kurikulum. Masyarakat adalah suatu kelompok individu-individu yang diorganisasikan mereka sendiri ke dalam kelompok-kelompok berbeda (zais, 1975 : 157; raka joni, 1983 : 5).

3.     Landasan ilmu pengetahuan teknologi dan seni
Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik (siswa) menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat ( raka joni, 1983 : 25). Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah nilai-nilai yang bersumber pada pikiran atau logika, sedangkan seni bersumber pada perasaan atau estetika.

4.      Landasan kebutuhan masyarakat
Adanya falsafah hidup, perubahan sosial budaya agama, perubahan ipteks dalam suatu masyarakat akan merubah pula kebutuhan masyarakat. Selain itu, kebutuhan masyarakat juga dipengaruhi oleh kondisi dari masyarakat itu sendiri.

5.     Landasan perkembangan masyarakat
Perkembangan masyarakat dipengaruhi oleh falsafah hidup, nilai-nilai, ipteks, dan kebutuhan yang ada dalam masyarakat. Falsafah hidup akan mengarahkan perkembangan masyarakat, nilai-nilai sosial budaya agama akan merupakan penyaringan nilai-nilai lain yang menghambat perkembangan masyarakat.


B.   MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

1.     Model Administratif (line-staff)

Merupakan pola pengembangan kurikulum yang paling awal dan mungkin yang paling dikenal ( zais, 1976 : 447 ; nana sy. Sukmadinata, 1988: 179 ). Model pengembangan kurikulum ini berdasarkan pada cara kerja atasan-bawahan ( top-down ) yang dipandang efektif dalam pelaksanaan perubahan, termasuk perubahan kurikulum.
          Model ini memiliki langkah-langkah berikut ini:
1.     Administrator pendidikan (pemimpin) membentuk komisi pengarah.
2.     Komisi pengarah bertugas merumuskan rencana umum, mengembangkan prinsip-prinsip sebagai pedoman, dan menyiapkan suatu pernyataan filosofi dan tujuan-tujuan untuk seluruh wilayah sekolah.
3.     Membentuk komisi kerja pengembangan kurikulum yang bertugas mengembangkan kurikulum secara operasianal mencakup keseluruhan komponen kurikulum dengan mempertimbangkan landasan dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
4.     Komisi pengarah memeriksa hasil kerja dari komisi kerja dan menyempurnakan bagian-bagian tertentu bila dianggap perlu.


2.     Model Grass-Roots
Pengembangan ini merupakan kebalikan dari model administratif dilihat dari sumber inisiatif dalam upaya pengembangan kurikulum. Model grass-roots adalah bottom-up ( dari bawah ke atas). Model ini cendrung berlaku dalam sistem pendidikan pendidikan yang kurikulum bersifat desentralisasi atau memberikan peluang terjadinya desentralisasi sebagian. Dalam pengembangan kurikulum model grass-roots perlu diingat 4 (empat) prinsip berikut yang dikemukakan oleh smith, stanley, dan shores (1957 dalam zais, 1976 : 449), yakni:
·        Kurikulum akan bertambah baik hanya kalau kompetensi profesional guru bertambah baik.
·        Kompetensi guru akan menjadi bertambah baik hanya kalu guru-guru menjadi personel-personel yang dilibatkan dalam masalah-masalah perbaikan (revisi) kurikulum.
·        Jika para guru bersama menanggung bentuk-bentuk yang menjadi tujuan yang dicapai, dalam memilih, mendefinisikan, dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, serta dalam memutuskan dan menilai hasil, keterlibatan mereka akan dapat lebih terjamin.


3.     Model Beauchamp
Lima tahap pembuatan keputusan tersebut adalah:
·        Memutuskan arena pengembangan kurikulum, suatu keputusan yang menjabarkan ruang lingkup upaya pengembangan.
·        Memilih dan melibatkan personalia pengembangan kurikulum,suatu keputusan yang menetapkan personalia upaya pengembangan kurikulum.
·        Pengorganisasian dan prosedur pengembangan kurikulum, dengan kegiatan.
·        Implementasi kurikulum, yakni kegiatan yang memiliki 4 (empat) dimensi yang terdiri dari: (a) evaluasi guru-guru yang menggunakan kurikulum, (b) evaluasi rancangan kurikulum, (c) evaluasi hasil belajar pebelajar, (d) evaluasi sistem pengembangan kurikulum.



4.     Model Arah Terbalik Taba
Pengembangan kurikulum dilaksanakan dalam lima langkah:
·        Membuat unit-unit percobaan, yakni suatu kegiatan membuat eksperimen unit-unit percobaan melalui kelompok guru yang dijadikan contoh melalui penyajian dalam tingkat/kelas tertentu dan pokok bahasan tertentu dengan pengamatan yang seksama.
·        Menguji unit-unit eksprimen, yakni kegiatan untuk menguji ulang unit-unit yang telah digunakan oleh guru yang membuatnya di kelas guru itu sendiri, dikelas lain atau kelas yang berbeda.
·        Merevisi dan mengkonsolidasi, yakni kegiatan lanjutan uji-coba.
·        Mengembangkan jaringan kerja, yakni kegiatan yang dilakukan untuk lebih meyakinkan apakah unit-unit yang telah direvisi dan dikonsolidasikan dapat digunakan lebih luas atau tidak.
·        Memasang dan meneseminasi unit-unit baru, yakni kegiatan untuk menerapkan dan menyebarluaskan unit-unit baru yang dihasilkan.

5.     Model rogers
Model rogers terdiri dari empat langkah pengembangan kurikulum, yakni:
·        Pemilihan satu sistem pendidikan sasaran,
·        Pengalaman kelompok yang intensif bagi guru,
·        Pengembangan suatu pengalaman kelompok yang intensif bagi satu kelas atau unit pelajaran,
·        Melibatkan orang tua dalam pengalaman kelompok yang intensif.





BAB V
STRATEGI PEMBELAJARAN

A.   HAKEKAT STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi diartikan sebagai a plan, method,or series of activities designed to achies a particular education goal ( J. R. David, 1976 ). Sterategi pembelajaran merupakan rencana tindakan ( rangkaian kegiatan ) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.
Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu.

B.   STRATEGI EKSPOSITORI
1.     Konsep dan prinsip pengunaan strategi pembelajaran ekspositori
a)    Konsep strategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah sterategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.


Karakteristik pembelajaran ekspositori
·        Sterategi ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini. Seperti ceramah.
·        Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihapal sehingga tida menuntut siswa untuk berpikir ulang.
·        Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yanng telah diuraikan.
Strategi pembelajaran ekpositori akan efektif manakala:
·        Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa (overview).
·        Apabila guru menginginkan agar siswa mempuntai gaya model intelektual tertentu.
·        Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan.
·        Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu.
·        Guru menginginkan untuk mendemontrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik.
·        Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan untuk seluruh siswa.
·        Apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan rendah.
·        Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa.
·        Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
b)    Prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran ekspositori
·        Berorientasi pada Tujuan
·        Prinsip komunikasi
·        Prisip kesiapan
·        Prinsip berkelanjutan
2.     Prosedur Pelaksanaan Strategi Ekspositori
1.     Rumuskan Tujuan Yang Ingin Dicapai
2.     Kuasai materi pelajaran dengan baik
3.     Kenali medan dan berbagai hal yang dapat memengaruhi proses penyimpanan.
Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori, yaitu:
a.     Persiapan ( preparation )
Merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan sterategi ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan adalah:
·        Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.
·        Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.
·        Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa.
·        Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapaan diantaranya adalah:
a)     Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.
b)    Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.
c)     Bukalah file dalam otak siswa.
b.     Penyajian ( presentation )
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pebelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanan langkah ini: a) penggunaan bahasa, b) intonasi suara, c) menjaga kontak mata dengan siswa, d)menggunakan joke-joke yang menyegarkan.
c.      Penyajian ( correlation )
langkah korelasi adalah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkaan siswa dapat menangkap keterkaitannya  dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
d.     Menyimpulkan ( generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah penting yang sangat penting dalam strategi ini, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.
e.      Mengaplikasikan ( aplication )
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka nenyimak penjelasan guru.

3.     Keunggulan Dan Kelemahan Strategi Ekspositori
a.     Keunggulan
·        Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan  materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajar yang disampaikan.
·        Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki belajar terbatas.
·        Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
·        Keuntungan lain adalah strategi pembelajran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
b.    Kelemahan
·        Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
·        Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengtahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
·        Karena strategi lebih banyak diberikan malalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kriti.
·        Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti bertutur (berkomunukasi), dan kemampuan mengelola kelas.
·        Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah(one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula.

C.   STRATEGI INQUIRY
1.     Konsep dasar SPI
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri yaitu:
1.     Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
2.     Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self beiuef).
3.     Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau pengembangan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.



Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif manakala:
Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam strategi inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran.
2.     Prinsip-prinsip penggunaan SPI
1.     Berorientasi pada pengembangan Intelektual
2.     Prisip interaksi
3.     Prinsip bertanya
4.     Prinsip keterbukaan

3.     Langkah pelaksanaan SPI
1.     Orientasi
Adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Keberhasilan SPI sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam mecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
2.     Merumuskan masalah
Merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya:
·        Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.
·        Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti.
·        Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.
3.     Merumuskan Hipotesis
Hepotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.
4.     Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
5.     Menguji hepotesis
Menguji hepotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.
6.     Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendesripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil penguji hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran.




4.     Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
Menurut Bruce Joyce, inkuiri sosial merupakan strategi pembelajaran dari kelompok soaial (social family) subkelompok konsep masyarakat (concept society). Inkuiri sosial dipandang sebagai suatu strategi pembelajaran yang berorientasi kepada pengalaman siswa.
Tiga karakteristik pengembangan strategi inkuiri sosial yaitu:
1)    Adanya aspek masalah sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas.
2)    Adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk inkuiri.
3)    Penggunaan fakta sebagai pengujian hipotesis.

5.     Kesulitan-kesulitan implementasi SPI
1)    SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang bersandaran kepada dua sayap yang sama penting, yaitu proses belajar dan hasil belajar.
2)    Sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya menerima materi pelajaran dari guru, dengan demikian bagi mereka guru adalah sumber belajar yang utama. Karena budaya ini sudah terbentuk dan menjadi kebiasaan, maka akan sulit mengubah pola belajar mereka dengan menjadikan belajar sebagai proses berpikir.
3)    Sistem pendidikan menganjurkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya menggunakan pola pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir melalui pendekatan CBSA, namun di lain pihak sistem evaluasi masih menggunakan sistem UAN. Tentu saja hal ini akan menambah kebingungan guru sebagai pelaksana di lapangan.
6.     Keunggulan dan Kelemahan SPI
a.     Keunggulan
·        SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
·        Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
·        Strategi ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.
·        Strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
b.     Kelemahan
·        Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
·        Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentuk dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
·        Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
·        Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pebelajaran, maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

D.   STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL)
1.     Konsep dasar strategi CTL
CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka.
3       hal yang harus dipahami yaitu:
1)    CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung.
2)    CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata.
3)    CTL mendorog siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami yang dipelajari, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
5 (lima) karakteristik dalam proses pembelajaran CTL yaitu:
·        Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada.
·        Pembelajaran yang konteksual.
·        Pemahaman pengetahuan.
·        Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut.
·        Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
2.     Perbedaan CTL dengan pembelajaran konvensional
Pembelajaran CTL
Pembelajaran konvensional
1.     Siswa berperan aktif dalam setiap proses pelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri.
1.     Siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.
2.     Siswa belajar melalui kegiatan kelompok.
3.      
2.     Siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.
4.     Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata.
3.     Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.
5.     Kemampuan didasarkan atas pengalaman.
4.     Kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan.
6.     Tujuan akhir dari adalah kepuasan diri.
5.     Tujuan akhir adalah nilai atau angka.
7.     Tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri.
6.     Tindakan atau perilaku didasarkan oleh faktor dari luar dirinya.
8.     Pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialami.
7.     Kebenaran dimiliki bersifat absolut dan final.
8.      
Siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing.
Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
Pembelajaran bisa terjadi di mana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.
Pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.

Keberhasilan pembelajaran diukur dengan cara, misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain-lain.
Keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes.


3.     Asas-asas CTL
a)     Konstruktivisme
Proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan atau pengalaman.
b)    Inkuiri
Proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Penerapan asas ini dalam proses CTL, dimulai dari adanya kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan.
c)     Bertanya ( Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dan keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.
d)     Masyarakat Belajar ( learning community )
Dalam konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Penerapan asas ini dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.
e)     Pemodalan ( Modeling )
Adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.
f)      Refleksi (Reflection)
Adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Dalam proses pembelajaran CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk “ merenung” atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
g)    Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penialian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak.
4.     Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL
a)     Pendahuluan
·        Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
·        Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL
b)    Inti
·        Dilapangan
·        Di dalam kelas
·        Penutup


BAB VI
STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN

A.   METODE CERAMAH
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyakinkan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur.

1.     Kelebihan dan kelemahan metode Ceramah
a.     Kelebihan
·        Ceramah merupakan metode yang “murah” dan “mudah” untuk dilakukan.
·        Ceramah  dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.
·        Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.
·        Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas.
·        Organisasi kelas dengan menggunakan dapat diatur menjadi lebih sederhana.
b.     Kelemahan
·        Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru
·        Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.
·        Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yanng baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan.
·        Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.

2.     Langkah-langkah menggunakan metode ceramah
a.     Tahap Persiapan
·        Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.
·        Menentukan pakok-pokok materi yang akan diceramahkan.
·        Mempersiapkan alat bantu.
b.     Tahap Pelaksanaan
·        Langkah pembukaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini :
1.     Yakinkan bahwa siswa memahami tujuan yang akan dicapai.
2.     Lakukan langkah apersepsi, yaitu langkah menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.
·        Langkah penyajian
Adalah tahap penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur.
·        Langkah mengakhiri atau menutup ceramah.

B.   METODE DISKUSI
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (killen, 1998).
Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Pertama,diskusi kelompok(diskusi kelas). Diskusi ini dinamakan juga diskusi kelas. Kedua,diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang.
1.     Kelebihan dan kelemahan metode diskusi
a.     kelebihan diskusi yaitu:
·        metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
·        Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
·        Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal.

b.     Kekurangan diskusi yaitu:
·        Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
·        Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
·        Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yanng direncanakan.
·        Dalam diskkusi serinng terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol.
2.     Jenis-jenis diskusi
a.     Diskusi kelas/diskusi kelompok
Adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi.prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah:pertama,guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi.kedua,sumber masalah memapakan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit.ketiga,siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator.keempat,moderator menyimpulkan hasil diskusi.
b.     Diskusi kelompok kecil
Diskusi ini dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang.
c.      Simposium
Adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan  dipandang  dari berbagai susut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan  wawasan yang luas kepada siswa.
d.     Diskusi panel
Adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langssung tetapi berperan hanya sekedar peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi.
3.     Langkah-langkah melaksanakan diskusi
a.     Langkah persiapan
Hal-hal yang perhatikan dalam persiapan antaranya:
·        Merumuskan tujuan yang ingin dicapai,baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
·        Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
·        Menetapkan masalah yang akan dibahas.
·        Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi.
b.     Pelaksanaan diskusi
Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu:
·        Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi.
·        Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi.
·        Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan.
·        Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan-gagasan dan ide-idenya.
·        Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas.
c.      Menutup diskusi
·        Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesumpulan sesuai dengan hasil diskusi.
·        Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

C.   METODE TANYA JAWAB
Dalam menggunakan metode mengajar, tidak hanya guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah, melainkan mencakup pertanyaan-pertanyaan dan penyumbangan ide-ide dari pihak siswa. Cara pengajaran yang seperti ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah:
·        Metode tanya jawab, dan 
·        Metode diskusi.
Perbedaan pokok diantara metode tanya jawab dengan metode diskusi terletak pada :
·        Corak pertanyaan yang diajukan guru.
·        Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa. 
Pada hakekatnya metode tanya jawab berusaha menanyakan apakah siswa telah mengetahui fakta - fakta tertentu yang sudah diajarkan, dalam hal lain guru juga bermaksud ingin mengetahui tingkat - tingkat proses pemikiran siswa. Melalui metode tanya jawab guru ingin mencari jawaban yang tepat dan aktual.
Sebaliknya dengan metode diskusi, guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang agak berbeda sifatnya. Di sini guru merangsang siswa untuk menggunakan fakta - fakta yang telah dipelajari untuk memecahkan suatu persoalan. Pertanyaan seperti ini biasanya tidak mempunyai jawaban yang tepat dan tunggal, melainkan lebih dari sebuah jawaban.
Dari penjelasan tersebut kita ketahui bahwa metode tanya jawab mempunyai hubungan dengan metode apakah yang sedang dipakai guru metode ini sering sukar dibedakan, tujuan dan teknik masing - masing cukup mempunyai perbedaan yang besar sehingga dalam uraian ini seyogianya dibedakan.
Metode tanya jawab digunakan dengan maksud :
·        Melanjutkan ( meninjau ) pelajaran yang lalu
·        Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa
·        Memimpin pengamatan dan pemikiran siswa. 

Kelebihan dan kelemahan metode tanya jawab :
a.     Kelebihan :
·        Kelas lebih aktif karena siswa tidak sekedar mendengarkan saja
·        Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya sehingga guru mengetahui hal - hal yang belum dimengerti oleh para siswa
·        Guru dapat mengetahui sampai di mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan.

b.     Kelemahannya :
·        Dengan tanya jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalakm mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal - hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru.
·        Membutuhkan waktu lebih banyak.

D.   INDEPENDENT STUDY (BELAJAR JARAK JAUH)
Pendidikan jarak jauh (PJJ) berkembang sudah lama sebelum kita di Indonesia menggunakannya. Banyak definisi yang digunakan untuk PJJ. JW.keegan melakukan penelitian mengenai praktek penyelenggaraan dan definisi PJJ yang digunakan di berbagai Negara di dunia. Dia melakukan analisis dan menelaah di berbagai definisi yang hampir sama, mulai dari definisi Doamen (1967), Meckenzie, Christense; dart Rigby (1968); Undang-Undang Pendidikan Perancis (1971); Peters (1973), Holmberg (1977) dan membuat sintese mengenai definisi-definisi tersebut. Menurut dia ada eman unsur dasar pengertian (six defining elements) Pendidikan Jarak Jauh yang dapat diketengahkan, yaitu:
· Terpisahnya guru dan siswa. Karakteristik inilah yang membedakan PJJ dari      pendidikan konvensional.
· Adanya lembaga yang mengelola PJJ. Hal ini yang membedakan orang yang mengikuti PJJ dari orang yang belajar sendiri (self study).
· Digunakannya media ( biasanya media tercetak) sebagai sarana untuk menyajikan isi pelajaran.
· Diselenggarakannya system komunikasi dua arah antara guru dan siswa atau antara lembaga dan siswa sehingga siswa mendapatkan manfaat darinya. Dalam hal ini siswa dapat berinisiatif untuk terjadinya komunikasi itu.
· Pada dasarnya PJJ itu bersifat pendidikan individual. Pertemuan tatap muka untuk melengkapi proses pembelajaran berkelompok maupun untuk sosialisasi dapat bersifat keharusan (compulsory), pilihan (optional), ataupun tidak ada sama sekali tergantung kepada organisasi penyelenggaranya.
Definisi tersebut berlaku bagi berbagai sistem atau model PJJ yang menggunakan nama yang berbeda-beda seperti Correspondence School, Distance Learning, Home Study, Independent Learning, dan masih banyak lagi istilah lain. Definisi itu bahkan juga masih berlaku bila diterapkan pada sistem PJJ baru yang sekarang sedang banyak diminati orang yaitu, On-line Learning, Virtual Learning atau e-Learning.
1.     JARAK TRANSAKSI DAN  CARA MENJEMBATANINYA
Menurut Moore (1983) jarak antara siswa dan guru dalam pendidikan jarak jauh hanya dipandak dri segi jarak fisik dan geografis saja melainkan harus dilihat sebagai jarak komunikasi dan psikologis yang disebabkan karena keterpisahan siswa dan guru. Dewey dalam Moore (1903) menjelaskan bahwa transaksi pendidikan merupakan interaksi antara individu; lingkungan dan prilaku yang terjadi dalam situasi tertentu. Transaksi pendidikan dalam sistem PJJ terjadi antara siswa dan guru dalam situasi yang bersifat khusus yaitu keterpisahan mereka satu dari lainnya. Jarak transaksi dalam sistem pendidikan jarak jauh merupakan jarak komunikasi dan jarak psikologis antara siswa dan guru. Jarak transaksi ini dapat mengakibatkan perbedaan persepsi mengenai konsep yang dijelaskan oleh guru melalui media dan pemahaman siswa mengenai konsep itu. Oleh karena itu jarak itu perlu dijembatani supaya perbedaan persepsi itu berkurang atau hilang. Menurut Moore (1983, 1996) jarak transaksi itu dapat dijembatani melalui komunikasi dan percakapan (dialouge). Dialog atau komunikasi pembelajaran dapat mengurangi jarak transaksnya. Artinya makin mudah dan makin sering guru dan siswa berinteraksi makin kecil kemungkinan terjadinya kesalah pahaman dalam menafsirkan isi pelajaran. Jadi dalam sistem PJJ ini adanya interaksi aktif antara siswa dan guru itu sangat penting supaya proses belajarnya dapat terjadi.
Moore (1983, 1996) juga mengatakan bahwa media yang digunakan untuk menyajikan isi pelajaran itu sangat mempengaruhi ada tidaknya komunikasi, dialog, atau interaksi antara guru dan siswa. Kalau media yang digunakan adalah TV, radio, atau buku kesempatan siswa untuk berkomunikasi, berdialog, atau berinteraksi dengan guru sangat kecil, kalau media yang digunakan adalah audio confrence, video conference atau internet kesempatan bagi siswa untuk berkomunikasi, berdialog, atau berinteraksi dengan guru secara relatif jauh lebih besar. Dengan perkataan lain, bila media yang digunakan itu internet jarak interaksi antara siswa dan guru kecil karenanya komunikasi dapat sering dilakukan sehingga kesalah pahaman penafsiran isi pelajaran semakin kecil.
2.     USAHA YANG TELAH DILAKUKAN
Sampai saat ini pembelajaran yang masih banyak digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh terutama adalah media cetak berupa bahan belajar mandiri yang biasa disebut modul. Media ini seringkali ditunjang dengan media radio, TV, kaset audio, dan kaset video. Seperti yang telah dibicarakan pada bagian sebelumnya media tersebut di atas kurang memberikan kesempatan kepada siswa dan guru untuk saling berinteraksi, karena itu menyebabkan adanya jarak transaksi yang besar. Artinya media tersebut kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi, berdialog, atau berinteraksi dengan guru. Akibatnya siswa yang mendapatkan kesulitan dalam memahami isi pelajaran tidak dapat menanyakan kesulitan itu kepada guru. Dengan demikian kalau siswa salah dalam menafsirkan isi pelajaran, kesalahan itu akan disimpannya dan dibawanya terus sebelum ada orang yang memberi penjelasan mengenai penafsiran yang benar.

3.     LAYANAN BANTUAN BELAJAR MELALUI TUTORIAL
Tutorial dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya tutorial tatap muka, tutorial melalui surat-menyurat, tutorial melalui telepon, tutorial melalui audio konference atau video conference.
v Tuorial tatap muka
Siswa dan guru atau tutor bertemu secara berkala untuk memberikan kesempatan kepada siswa menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa. Tutorial seperti ini sangat bagus untuk mengurangi jarak transaksi antara guru dan siswa. Dengan demikian kesalahpahaman dalam menafsirkan isi palajaran dapat diperkecil.
Kekurangan yang ada dalam tutorial model ini:
·        Tutorial tidak dapat dilakuakan terlalu sering. Makin sering dilakukan makin mahal biayanya. Biasanya tutorial ini diadakan seminggu sekali, sebulan sekali, atau bahkan ada yang hanya diselenggarakan dua atau tiga kali dalam satu semester. Hal ini menyebabkan siswa harus menunggu lama sebelum mereka dapat mengutarakan kesulitannya kepada guru atau tutor.
·        Tutorial seperti ini biasanya bukan merupakan keharusan. Akibatnya banyak siswa yang memilih tidak hadir karena pertimbangan-pertimbangan yang bersifat individual. Banyaknya yang tidak hadir karena alasan waktu, biaya transpor, atau alasan lain.
·        Tutorial melalui telepon dan surat. Tutorial jenis ini tidak banyak dimanfaatkan siswa, pada hal biayanya relatif murah dan mudah melakukannya. Kendalanya mungkin tidak semua siswa mempunyai telepon, atau sungkan untuk menanyakan pelajaran kepada guru melalui telepon atau surat. Rasa sungkan ini mungkin dipengaruhi oleh faktor kebudayaan. Di samping itu tutorial melalui surat jawabannya seringkali datangnya sangat lambat.
·        Tutorial melalui konferensi audio atau video Tutorial ini jarang digunakan karena biaya relatif mahal.
4.     SISTEM PEMBELAJARAN MELALUI INTERNET
Dunia telah mengakui bahwa sistem PJJ yang diselenggarakan selama ini merupakan wahana belajar siswa yang cukup efektif. Lulusan PJJ dapat bersaing dengan lulusan sekolah konvensional di pasar kerja di masyarakat. Banyak juga lulusan PJJ yang berhasil memasuki dan menyelesaikan jenjang pendidikan yang lebih tinggi dalam kedudukan yang sama seperti lulusan sekolah konvensional. Namun kekurangan yang ada dalam penyelenggaraan sistem PJJ yang selama ini berlangsung dan kemajuan di bidang teknologi informasi telah mendorong banyak orang untuk menjajagi efektifitas teknologi pembelajaran melalui internet yang diduganya dapat meningkatkan proses belajar dalam sistem PJJ. Dalam sistem pembelajaran melalui internet isi pelajaran disampaikan secara on-line. Karena itu sistem pembelajaran ini seringkali diseut pembelajaran secara on-line. Dalam sistem pembelajaran ini semua proses pembelajaran dapat dilakukan tanpa menuntut siswa hadir di ruang kelas tertentu, tetapi mereka dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan pelajaran seperti yang terjadi di kelas biasa. Karena dalam sistem pembelajaran ini tidak ada ruang kelas atau kampus secara fisik maka sistem ini seringkali disebut virtual learning, virtual classroom, atau virtual campus (Potter, 1997). Selain dari pada itu, karena proses pembelajaran, dalam menggunakan internet, maka sistem ini juga sering disebut e-learning.
Virtual learning ini banyak diminati orang karena potensi yang dimilikinya untuk membuat proses belajar menjadi efektif. Potensi yang utama adalah dapat memberikan peluang bagi siswa untuk berinteraksi dengan guru, dengan teman, maupun dengan bahan belajarnya.
·        Siswa dapat berkomunikasi dengan gurunya melalui e-mail. Komunikasi ini bersifat orang perorang. Siswa dapat mengajukan pertanyaan kapan saja dia mau. Guru akan menjawab secepat mungkin sesuai dengan waktu yang dimilikinya. Cara berkomunikasi seperti ini jauh lebih cepat dari pada komunikasi yang dilakukan melalui pertemuan tatap muka.
·        Siswa dapat berkomunikasi dengan guru dan teman-temannya secara bersama-sama melalui papan bulletin. Dalam forum ini pertanyaan yang mengambil pelajaran yang sama. Jawaban guru juga dapat dibaca oleh siswa lain yang tidak mengajukan pertanyaan. Dalam proses ini guru juga dapat melontarkan pertanyaan tadi kepada siswa yang lain. Siswa yang lain dapat memeberikan jawaban yang akan dibaca oleh seluruh anggota kelas. Dengan demikian sesuatu persoalan dapat dipecahkan bersama antara guru dan semua siswa di dalam ”kelas virtual-nya”. Komunikasi antara siswa dan guru atau antara siswa dengan siswa lain itu dapat dilakukan secara tidak bersamaan waktu (a-synchronous) maupun secara bersamaan waktu (synchronous).
Komunikasi melalui e-mail dan papan buletin seperti yang diutarakan di atas dilakukan secara tidak bersamaan waktu. Pengiriman dan penerimaan informasi tidak dilakukan pada waktu yang sama. Komunikasi yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan (synchronous) dapat dilaksanakan melalui forum diskusi secara on-line. Diskusi semacam itu dilakukan menurut jadwal waktu yang disepakati. Dengan demikian pada waktu yang sama semua peserta diskusi akan membuka internetnya. Masing-masing akan dapat membaca informasi yang masuk dan pada waktu itu juga akan dapat memberikan tanggapan. Diskusi semacam ini akan sama menariknya dengan konferensi melalui audi atau video. Hanya biayanya relatif lebih murah.
·        Komunikasi antara siswa dengan isi pelajaran. Siswa akan terbiasa untuk mempelajari sendiri bahan ajar yang disajikan secara on-line. Karena bahan belajar on-line itu biasanya disertai dengan tes mandiri, siswa akan dapat menguji kemajuan belajar dirinya sendiri. Bila siswa memerlukan pengayaan bahan belajar siswa juga dapat mencari sumber bacaan yang sesuai melalui internet. Hal tersebut akan membiasakan siswa mencari informasi dan sumber belajar sendiri, tidak menunggu diberikan oleh guru. Karena itulah proses pembelajaran on-line ini sering kali disebut juga resource based learning atau belajar berbasis sumber.
·        Guru dapat mengontrol aktivitas belajar siswa melalui internet. Guru akan dapat melihat kapan siswa belajar, topik apakah yang dipelajari, berapa lama ia mempelajarinya, berapa kalikah ia mempelajari ulang topik itu. Guru juga dapat melihat apakah siswa mengerjakan latihan soal dapat dikerjakan dengan betul. Berapa sekornya dan sebagainya.
Virtual learning dapat menyajikan pelajaran dengan cara yang menarik. Merrill dalam reigeluth (1983) mengemukakan bahwa dalam mengajar ada empat langkah utama yang dilakukan guru yaitu:
(1) pemberian penjelasan,
(2) pemberian contoh,
(3) pemberian latihan (exercise), dan
(4) pemberian umpan balik atau feedback yang berfungsi sebagai reinforcement.
Keempat langkah ini dapat diterapkan dengan mudah dalam penyajian pelajaran melalui internet.dalam memberikan penjelasan dan contoh, internet dapat menggunakan gambar, diagram, chart, suara, dan juga gerakan. Kalau dalam memberikan penjelasan digunakan, kata, atau istilah, atau konsep yang umum dikenal oleh siswa, siswa dapat meng-klik kata, istilah, atau konsep itu dan akan muncul paparan yang dengan mudah dapat dipelajari siswa. Setelah mempelajari paparan itu siswa akan dengan mudah kembali ke pelajaran semula. Dengan cara ini interaksi antara siswa dan bahan belajar dapat berlangsung secara aktif.     
Pada saat mengerjakan latihan, siswa akan segera mengetahui apakah jawaban yang diberikan betul atau salah. Karena program on-line akan segera memberikan umpan baliknya. Dengan demikian siswa akan genbira mendapatkan umpan balik itu dan akan termotivasi untuk belajar lebih lanjut.
Porter (1997) menyarankan, kalau kita akan menciptakan kelas virtual kita harus mempertimbangkan berbagai hal supaya kelas virtual tersebut dapat menjadi wahana proses belajar yang efektif
·        Kelas virtual tersebut dilengkapi dengan sumber belajar yang pada saat diperlukan siswa telah tersedia dan mudah diakses. Andaikan sumber belajar itu tidak dapat disediakan, penyelenggara kelas virtual tersebut harus dapat menunjukkan dimana sumber belajar itu dapat dicari. Kelas virtual itu harus dilengkapi dengan peralatan (tool) yang dapat digunakan untuk mencari dan mengirimkan pesan kepada guru atau sesama siswa. Sebagai contoh, bila siswa ingin mempelajari buku atau dokumen tertentu yang berkaitan dengan palajaran yang sedang dipelajari, bahan belajar tersebut harus dapat diakses secara on-line. Bila tidak tersedia, setidaknya alat yang tersedia dapat digunakan untuk mencarinya di sumber data yang lain. Kelas virtual seringkali juga menggunakan alat komunikasi lain selain internet, seperti fax, telepon, konferensi audio dan konferensi video.
·        Kelas virtual tersebut harus dapat memberikan harapan kepada siswa untuk terjadinya proses belajar dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar. Hal tersebut antara lain dapat diwujudkan dengan merumuskan tujuan pembelajaran yang jelas dan spesifik., menyusun bahan belajar yang baik dan berkualitas tinggi, dan memfasilitasi terjadinya komunikasi timbal balik antara siswa dan guru.
·        Kelas tersebut harus dapat menyatukan siswa dan guru supaya mereka bersikap terbuka untuk berbagi informasi dan bertukar gagasan. Mungkin siswa dan guru dalam kelas virtual tidak pernah berjumpa satu dengan lainnya, tetapi kalau mereka sering berdialog jarak komunikasi dan jarak psikologisnya (jarak transaksinya) menjadi kecil. Dalam situasi seperti ini kemungkinan terjadi kesalahan dalam menafirkan isi pelajaran juga kecil.
·        Kelas virtual harus menyediakan ruang untuk percobaan dan penerapan. Dalam sistem konvensional siswa sering diberi kesempatan melakukan percobaan, menghadapi workshop, melakukan demonstrasi mengenai hasil pelaksanaan tugas-tugas akademik, dan melakukan penyajian untuk mengungkapkan gagasan. Kelas virtual juga perlu dirancang supaya siswa dapat berbagi (share) hasil karya dan bertukar pengalaman dalam menerapkan pengetahuan yang telah diperolehnya. Misalnya konferensi jarak jauh atau desktop video conference dapat digunakan untuk ceramah atau penyajian. Dapat juga dilakukan simulasi secara on-line mengenai penerapan pengetahuan tentang prosedur melakukan sesuatu yang baru dipelajari. Simulasi seperti ini harus dirancang untuk dapat memperoleh umpan balik, sehingga dapat diketahui apakah penerapan pengetahuan yang disimulasikan tersebut benar atau salah.
·        Kelas virtual juga harus dapat memberikan penilaian terhadap kinerja siswa. Dalam sistem pembelajaran ini harus dimasukkan evaluasi kemajuan belajar siswa yang dapat dikerjakan secara on-line. Guru dapat memeriksa dan memberikan penilaian secara on-line juga. Pekerjaan siswa dan nilainya hanya dapat dilihat oleh siswa dan gurunya saja. Siswa lain tidak dapat mengetahui hasil tes tersebut. Dengan perkataan lain kerahasiaan hasil tes itu terjaga dengan baik. Kelas virtual ini juga dapat memberikan tugas perorangan kepada setiap siswa melalui e-mail. Pekerjaan siswa yang dikirimkan kepada guru melalui e-mail diperiksa oleh guru, diberi komentar, dan diberi nilai. Komentar dan nilainya dikirimkan ke siswa melalui e-mail.
·        Kelas virtual harus dapat menjadi wahana kebebasan akademik. Siswa itu perlu memperoleh kebebasan dalam melakukan percobaan, dalam membuat asumsi, dalam berinteraksi dengan siswa lain tanpa harus meras takut dan cemas. Kelas yang efektif merupakan wahana bagi siswa untuk mengekspresikan diri dengan cara yang tepat, wahana untuk menempuh resiko sehingga dapt belajar lebih banyak, wahana berbagi gagasan, dan wahana melontarkan pertanyaan tanpa rasa takut.
Kelemahan kelas virtual yaitu:
Kelas virtual diciptakan dengan bantuan internet. Ungkapan yang mengetakan bahwa ”tidak ada media terbaik” kiranya berlaku juga bagi media internet. Media ini baik kalau digunakan untuk tujuan yang tepat dalam situasi yang tepat juga.
Ada beberapa kelemahan yang perlu dikemukakan dalam paper ini.
·        Penggunaan internet memerlukan infrastruktur yang memadai
Internet dapat dioperasikan kalau ada jaringan listrik dan ada jaringan telepon. Tempat-tempat yang belum mempunyai jaringan listrik dan telepon tidak dapat menggunakan internet. Karena itu banyak tempat di indonesia yang belum dapat menggunakan internet.
·        Menggunakan internet mahal. Untuk dapat menggunakan internet orang harus mempunyai komputer yang dilengkapi dengan modem, tenaga listrik, fasilitas telepon,dan terhubung dengan internet provider yang dapat diperoleh melalui langganan. Harga komputer dan modemnya mahal tetapi membeli sekali dapat dipakai dalam waktu yang lama. Sedangkan biaya penggunaan saluran telepon, tenanga listrik, dan langganan provider internet harus dibayar setiap bulan. Biaya ini untuk banyak orang seringkali tidak terpenuhi.
·        Komunikasi melalui internet sering kali lamban. Arus komunikasi melalui internet sering kali berjalan lamban. Lebih-lebih kalau informasi itu mengandung gambar, chart, bagan, gambar bergerak, suara dan sebagainya. Lambatnya arus informasi ini dapat menyebabkan proses belajar.
BAB VII
STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN

A.   METODE DEMONSTRASI
Metode demontrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.
1.     Kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi
a.Kelebihan
·        Melalui metode ini terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memerkatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
·        Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang yerjadi.
·        Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.
b.Kelemahan
·        Metode inimemerlukakan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demontrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.
·        Demontrasi memerlukan peralatan,bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan metode ceramah.
·        Demontrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional.
2.     Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi
a.     Tahap persiapan
·        Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demontrasi berakhir.
·        Persiapan garis besar langkah-langkah demontrasi yang akan dilakukan.
·        Lakukan uji coba demontrasi.
b.     Tahap pelaksanaan
1.     Langkah pembukaan
·        Aturlah tempat duduk.
·        Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
·        Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa.
c.      Langkah pelaksanaan demonstrasi
·        Mulailah demontrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir.
·        Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.
·        Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demontrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.
·        Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demontrasi itu.


d.     Langkah mengakhiri demonstrasi
Memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanakan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran.

B.   DRILLING ( METODE LATIHAN)
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memeperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpiki, maka hendak­nya guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode Drill.
1.     Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan, dan lain-lain.
2.     Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumus-rumus, dan lain-lain.
3.     Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbul peta, dan lain-lain.
Prinsip dan petunjuk menggunakan metode Drill.
1.     Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.
2.     Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, mula-mula kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sem­purna.
3.     Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan.
4.     Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
5.     Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna.

C.   METODE PROBLEM SOLVING
Problem Solving dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari Problem Solving.
1.     Problem Solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi Problem Solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Problem Solving tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui Problem Solving siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2.     aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Problem Solving menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3.     pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan penedekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses  berpikir deduktif dan induSecara kata “metodik”  itu berasal dari kata “metode” (method), metode berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan. Kata metode dalam bahasa berasal dari bahasan Greek (Yunani). “Meths” yang berarti melalui atau melewati dan “Hodos” yang berarti jalan atau cara, jadi metode berarti jalan atau cara yang hares ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB VIII
STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN

A.   FIELD TRIP ( METODE KARYA ILMIAH)
1.     definisi karya wisata   
Karyawisata atau sering disebut study tour, yaitu melakukan studi kunjungan, kesuatu tempat atau obyek tertentu.  Dengan kata lain metode karya wisata yaitu suatu cara mengajar dengan jalan guru mengajar atau membawa siswa ke suatu tempat/obyek tertentu yang ada hubungannya dengan pendidikan atau memiliki nilai sejarah dan sebagainya. Misalnya guru membawa siswa-siswa untuk mengunjungi tempat-tempat, seperti : pabrik-pabrik (pabrik mobil, pabrik tenun, pabrik tapioka), mengunjungi tempat percetakan-percetakan, tempat kebun binatang, musium perjuangan, makam pahlawan, panti-panti asuhan, yayasan-yayasan yatim paiatu, dan lain-lain tempat yang sangat baik untuk dikunjungi dalam rangka mengkongkretkan bahan-bahan pengajaran/pengalaman lapangn
Dengan karya wisata dimaksudkan agar siswa dapat menyaksikan secara langsung, bagaimana proses pembuatan mobil itu, membuat kain dan merancang pakaian yang indah, menyaksikan bagaimana mengeliola berbagai Mass Media sehingga menjadi bahan bacaan dan informasi yang berharga. Demikian juga dengan mengunjungi kehidupan binatang di kebun bintang, dan musium-musium yang memiliki nilai sejarah. Sehingga dengan kunjungan karyawisata itu siswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman langsung yang bermanfaat untuk dihayati dan dipraktekkan. Dalam pendidikan agama Islam, melalui metode karyawisata ini sangat bermanfaat bagi anak didik untuk membangkitkan jiwa dan semangat agama mereka dengan melalui kunjungan ke tempat-tempat panti asuhan anak yatim, yang memerlukan santunan dan uluran tangan dari kaum muslim smua. Demikian pula bertamasya ke suatu tempat berpemandangan yang indah yang menakjubkan dan menggugah semangat jiwa keagamaan siswa sebagai suatu ciptaan Tuhan yang ajaib dan mengagumkan.

2.     Keunggulan metode karya wisata:
1. Siswa dapat menyaksikan secara langsung bagaimana proses pembuatan / merakit mobil, merancang/menenun pakaian yang indah, dan bagaimana kehidupan binatang di kebun binatang yang kadang-kadang jarang mereka lihat di kelas itu.
2. Dapat menjawab masalah atau pertanyaan sekaligus selama di lapangan dengan mempertanyakan, mengamat-amati, mencatat, menyimpulkan dan lain-lain terhadap hal-hal yang belum/kurang dipahami
3. Dengan melalui dua hal tersebut diatas, dimungkinkan siswa dapat mempraktekkan hasil karyawisata/hasil kunjungannya.
4. Pengetahuan siswa menjado integral / terpadu.
5. Sebagai selingan yang menyenangkan yang dapat menimbulkan semangat baru untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
6. Menimbulkan cakrawala pikir/ harizon yang luas dan intuisif.

3.   Kekurangan metode karya wisata:
1. Dari segi perencanaan dan pelaksanaannya, metode karya wisata ini memakan waktu yang cukup lama/panjang.
2. Dilihat dari segi tenaga dan biaya, metode ini juga tampak kurang efisien dan efektif.
3. Dapat membawa resiko perjalanan cukup besar.
4. Karya wisata cenderung berdifat serimonial ketimbang untuk menambah pengetahuan dan pengalaman.

4.   Langkah-langkah pelaksanaan karyawisata Agar metode karya wisata dapat terlaksana dengan efektif, maka perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan yang hendak dicapai secara matang
2. Dapat mempertimbangkan segi untung rugi serta manfaat karya wisata dilaksanakan.
·        Jika karyawisata menuju tempat-tempat pabrik, ke suatu percetakan, musuam bersejarah dan ke panti asuhan biasanya diadakan terlebih dahulu kontak / hubungan dengan pimpinan instansi bersagkutan, dan menetapkan waktu pelaksanaannya.
·        Mempersiapkan segala perangkat/peralatan yang diperlukan dalam perjalanan.
·        Bila diperlukan bentuklah tim panitia pelaksana karya wisata. Yang bertugas mengkoordinir dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan karyawisata dan keamanan.
·        Membuat tata tertib yang harus ditaati, merencanakan waktu yang tepat, rencana biaya dan sebagainya jauh-jauh hari sebelumnya.
·        Mendiskusikan hasil karyawisata, serta merumuskan follow up dari hasil karya wisata. Misalnya dengan membuat laporan dan karangan ilmiah.
·        Perlu berhati-hati agar pelaksanaan metode ini tidak hanya merupakan pikink belaka.

B.   METODE SIMULASI
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan konsep, prinsip, atau kekerampilan tertentu.
1.     Kelebihan dan kelemahan metode simulasi
a.     Kelebihan
·        Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenernya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
·        Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.
·        Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
·        Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
·        Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran
b.     Kekurangan
·        Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan dilapangan.
·        Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi diabaikan.
·        Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.

2.     Jenis-jenis simulasi
a)     Sosiodrama
Adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.
b)    Psikodrama
Adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.
c)     Role playing/bermain peran
Adalah metode  pembelajaran sebagai sebagian yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.

C.   METODE KERJA KELOMPOK
1.     Definisi kerja kelompok
Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam suatu kelas dibagi dalam beberapa kelompok balk kelompok yang kecil maupun kelompok yang besar. Pengelompokan biasanya didasarkan atas prinsip untuk mencapai tujuan bersama. Ada beberapa definisi lain yang dimaksud oleh oleh pars pakar pendidikan mengenai pengertian kerja kelompok ini, antara lain :
a.     Metode kerja kelompok adalah penyajian mated dengan cara pembagian tugas-tugas untuk mempelajari suatu keadaan kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan.
b.     Metode kerja kelompok ialah suatu cara menyajikan materi pelajaran dimana guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok atau grup tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara bersama-sama dan bergotong-royong.
Jadi metode kerja kelompok ialah kerja kelompok dari beberapa individu yang bersifat pedagogic yang didalamnya terdapat hubungan timbal batik (kerja sama) antara individu Berta sating mempercayai.
2.     Langkah-langkah Metode Kerja Kelompok
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan metode kerja kelompok, yaitu :
a.     Menentukan kelompok.
Hal ini dapat dilakukan oleh guru atau murid atau secara bersama-sama antara guru dan murid. Aspek-aspek kelompok yang perlu diperhatikan dalam kerja kelompok yaitu :
·        Tujuan, sebelum siswa mengerjakan tugas, seorang guru hendaknya menerangkan tujuan pembelajaran terlebih dahulu dan harus mengetahui persis bagaimana cara mengerjakannya.
·        Tidak mengabaikan asas individual, dimana siswa dalam kelompoknya dapat dipandang sebagai pribadi yang berbeda dari segi kemampuan dan minatnya masing-masing.
·        Mempertimbangkan fasilitas yang tersedia atau yang dimiliki.Dimaksudkan untuk memperoleh dan mempebesar peran atau parisipasi siswa dalam kelompoknya.
b.     Memberi tugas-tugas kepada kelompok
Dalam hal ini seorang guru memberikan tugas-tugas pads kelompok masing­-masing dan guru juga memberikan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas tersebut.ktif. Proses berpikir ini dilakukan secara secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang  jelas.


BAB X
HAKIKAT ANAK DIDIK

Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.
Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan, secara kodrati anak membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar kpdrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak dalam kehidupannya, dalam hal ini keharusan untuk mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan, antara lain:
1.     Aspek Paedogogis.
Dalam aspek ini para pendidik mendorang manusia sebagai animal educandum, makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataannya manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik, sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik, melainkan hanya dilatih secara dresser. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya dapat dididik dan dikembangkan kearah yang diciptakan.
2.     Aspek Sosiologi dan Kultural.
Menurut ahli sosiologi, pada perinsipnya manusia adalah moscrus, yaitu makhlik yang berwatak dan berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat.
3.      Aspek Tauhid.
Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang berketuhanan, menurut para ahli disebut homodivinous (makhluk yang percaya adanya tuhan) atau disebut juga homoriligius (makhluk yang beragama).
1.     Pengertian Anak
Anak adalah merupakan amanat yang dipercayakan kepada ibu bapaknya. Hatinya yang masih murni itu merupakan amanat yang sangat berharga, sederhana, dan bersih dari ukiran dan gambaran apapun. Ia dapat menerima setiap ukiran yang digoreskan padanya, dan ia akan condong ke arah mana ia kita condongkan. (Ahmad Sjalabi. 1970 ; 284-285).
Menurut Al-Ghazali, anak adalah amanah Allah yang harus dijaga dan dididik untuk mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah. Semua bayi yang dilahirkan ke dunia ini, bagaikan sebuah mutiara yang belum diukir dan dibentuk, tetapi amat bernilai tinggi. Maka kedua orang tuanyalah yang akan mengukir dan membentuknya menjadi mutiara yang berkualitas tinggi dan disenangi semua orang.
Pendapat Al-Ghazali tentang pengertian anak serupa dengan teori Tabularasa milik Jonh Locke (1632-1704). Menurut Locke anak atau manusia itu tidak dilengkapi oleh pengetahuan apapun pada waktu dilahirkan, tidak ada innate ideas. Seperti halnya Aristoteles anak yang dilahirkan itu seperti tabularasa, bagaikan kertas putih bersih yang akan ditulisi oleh pengalaman.
Apabila mengamati uraian di atas maka dapat kata pahami bahwa seorang anak adalah seperti suatu bahan mentah yang kemudian diolah oleh seorang tukang sesuai dengan keinginan tukang tersebut, bila tukang ingin membuat patung maka menjadi patung. Begitu pula seorang anak apabila ayahnya ingin anak tersebut menjadi pengusaha misalnya maka anak dididik agar menjadi seorang pengusaha, padahal anak itu belum tentu ingin menjadi pengusaha.
Seorang anak yang baru lahir memang keadaannya adalah fitrah seperti kertas putih yang kosong, tetapi di dalamnya terdapat bakat, potensi, intelegensi dan lain sebagainya, hanya saja itu semua tidak terlihat pada saat bayi dilahirkan. Bakat, potensi dan intelegensi akan terlihat seiring pertumbuhan dan perkembangan anak dan tergantung siapa yang membentuknya dan di mana anak tinggal. Karena itulah anak membutuhkan orang dewasa yang harus mendidiknya.
2.     Pendidikan Bagi Anak
Peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang baik ditinjau dari segi fisik maupun dari segi perkembangan mental. Setiap individu memerlukan bantuan dan perkembangan pada tingkat berbeda menurut kodratnya di aman ia sedang mendapatkan pendidikan. Dalam keluarga yang berfungsi sebagai peserta didik adalah anak, di sekolah-sekolah adalah murid-murid, di masyarakat yaitu anak-anak yang membutuhkan bimbingan dan pertolongan menurut lembaga yang mengasuh pendidikan tersebut. Dengan demikian pendidikan harus memahami irama perkembangan sehingga memungkinkan memberikan bantuan yang tepat dan berdaya guna. Adapun hubungan antara pendidik dan peserta didik itu dalam proses belajar mengajar itulah yang merupakan foktor yang sangat menentukan. (Dr. Jalaluddin-Drs. Abdullah Idi, M. Ed. 1997 :124).
Dari dari uraian di atas kita dapat mengetahui betapa pentingnya pendidikan bagi seorang anak dan yang bertanggung jawab pertama kali adalah orang tua. Anak yang baru lahir masih membutuhkan orang tuanya untuk melindunginya, membuatnya merasa nyaman. Hal ini dikarenakan kefitrahan anak tersebut yang belum memiliki pengalaman apapun. Di dalam diri seorang anak 5-12 tahun memiliki sifat kepolosan, karena itulah ia dapat dengan mudah mendapat pengaruh dari orang dewasa. Apabila pengaruh yang diberikan adalah suatu kebaikan maka menjadi baik pula anak tersebut begitu pula sebaliknya. Dan orang tua harus pandai menjaga pergaulan anak.

BAB XI
KEDUDUKAN GURU








BAB XII
PENGELOLAAN KELAS

1)    PERAN GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS
Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas. Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan.
Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai dalam rangka proses pembelajaran. Karena itu maka setiap guru dituntut memiliki kemampuan dalam mengelola kelas. Usman dalam salah satu bukunya mengemukakan bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Di sini, jelas sekali betapa pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif pula.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas betapa pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif mulai dari awal hingga akhir pembelajaran.
Penciptaan suasana kelas yang kondusif guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam menunjang proses pembelajaran yang optimal. Setidaknya ada tujuh pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk pengelolaan kelas. Peran guru sangat besar dalam pengelolaan kelas, karena guru sebagai penanggung jawab kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar. Guru harus penuh inisiatif dan kreatif dalam mengelola kelas, karena gurulah yang mengetahui secara pasti situasi dan kondisi kelas terutama keadaan siswa dengan segala latar belakangnya. Dalam kaitannya dengan tugas pengelolaan kelas ada beberapa peran guru yang harus dilakukan sebagai berikut:
a.      Peran Guru Sebagai Pengajar (Instructional)
Peran ini mewajibkan guru menyampaikan sejumlah materi pelajaran yang berupa informasi, fakta serta tugas dan keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Untuk itu guru harus menguasai materi pelajaran, metode mengajar dan teknik-teknik evaluasi. Dalam peran ini guru dianggap sebagai sumber informasi dan sumber belajar utama. Oleh karena itu guru harus selalu menambah dan memperluas wawasannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang saat ini.
Dalam melaksanakan perannnya sebagai pengajar hal-hal yang harus dilakukan oleh guru adalah menyusun program pengajaran, membuat persiapan mengajar, menyiapkan alat peraga, merencanakan dan menyiapkan alat evaluasi, mengatur ruang kelas dan tempat duduk siswa.
b.    Peran Guru Sebagai Pendidik (Educational)
Selain ditugaskan sebagai pengajar guru juga diberikan tugas sebagai pendidik yaitu mengantarkan siswa menjadi manusia dewasa yang cerdas dan berbudi luhur. Dalam hal ini peranan guru dalam pembentukan sikap, mental dan watak sangat dominan. Dalam arti kata lain guru akan diposisikan menjadi orang tua kedua yaitu pengganti orang tua siswa di sekolah. Oleh sebab itu guru harus memperhatikan siswa terutama sikap, tingkah laku, ketertiban dan kedisiplinannya. Disamping itu guru juga harus bisa mengkondisikan dirinya sebagai panutan bagi semua siswa yang dididiknya. Seperti kata pepatah ”guru kencil berdiri murid kencing berlari”
c.       Peran Guru Sebagai Pemimpin (Managerial)
Peran ini bukan saja pada saat proses belajar mengajar berlangsung tetapi juga sebelum dan sesudah pelajaran berlangsung. Guru adalah pemimpin dan penanggung jawab utama di kelasnya. Oleh karen aitu yang terjadi di kelas dan yang berkaitan dengan siswa secara langsung atau tidak langsung menjadi tanggung jawab guru. Sehubungan dengan itu guru harus banyak tahu tentang latar belakang siswa-siswanya, baik segi sosial, ekonomi maupun budaya.Sebagai pemimpin kelas guru harus mengadakan hubungan dengan sekolah lain, masyarakat sekitar termasuk dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dilingkunganya.

*PENGORGANISASIAN SISWA
a.     Pembelajaran secara individual
Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Bantuan dan bimbingan belajar kepada individu juga ditemukan pada pembelajaran  klasikal, tetapi prinsipnya berbeda. pada pembelajaran individual, guru memberi bantuan pada masing-masing pribadi. Sedangkan pada pembelajaran klasikal, guru memberi bantuan individual secara umum. Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individual dapat ditinjau dari segi (i) tujuan pengajaran, (ii) siswa sebagai subjek yang belajar, (iii) guru sebagai pembelajar, (iv) program pembelajaran, serta (v) orientasi dan tekanan utama dalam pelaksanaan pembelajaran.
1.     Tujuan pengajaran pada pembelajaran secara individual
·        Pemberian kesempatan dan keluwesan siswa untuk belajar berdasarkan kemampuan sendiri, dalam pengajaran klasikal guru menggunakan ukuran kemampuan sendiri.
·        Pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal. Tiap individu memiliki paket belajar sendiri-sendiri, yang sesuai dengan tujuan belajarnya secara individual juga.
2.     Siswa dalam pembelajaran secara individual
Kedudukan siswa dalam pembelajaran individual bersifat sentral. Pebelajar merupakan pusat layanan pengajaran. Berbeda dengan pengajaran klasikal, maka siswa memiliki keleluasaan berupa (i) keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan sendiri, (ii) kebebasan menggunakan waktu belajar; dalam hal ini siswa bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilakukannya, (iii) keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar, dalam rangka mencapai tujuan belajar yang ditetapkan, (iv) siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar, (v) siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri, serta (vi) siswa memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri.


3.     Guru dalam pembelajaran secara individual
Kedudukan guru dalam pembelajaran individual bersifat membantu. Bantuan guru berkenaan dengan komponen pembelajaran berupa (i) perencanaan kegiatan belajar, (ii) pengorganisasian kegiatan belajar, (iii) penciptaan pendekatan terbuka antara guru dan siswa, dan (iv) fasilitas yang mempermudah belajar.
Peran guru dalam pengorganisasian kegiatan belajar adalah mengatur dan memonitor kegiatan belajar sejak awal sampai akhir dan menjadi fasilitator belajar. Peran guru sebagai berikut: (i) memberikan orientasi umum sehubungan dengan belajar topik tertentu, (ii) membuat variasi kegiatan belajar agar tidak terjadi kebosanan, (iii) mengkoordinasikan kegiatan dengan memperhatikan kemajuan, materi, media, dan sumber, (iv) membagi perhatian pada sejumlah pebelajar, menurut tugas dan kebutuhan pebelajar, (v) memberikan balikan terhadap setiap pebelajar, dan (vi) mengakhiri kegiatan belajar dalam suatu unjuk hasil belajar berupa laporan atau pameran hasil kerja; unjuk kerja hasil belajar tersebut umumnya diakhiri dengan evaluasi kemajuan belajar.
4.     Program pembelajaran dalam pembelajaran individual
Program pembelajaran individual merupakan usaha memperbaiki kelemahan pengajaran klasikal. Dari segi kebutuhan pebelajar, program pembelajaran individual lebih efektif, sebab siswa belajar sesuai dengan programnya sendiri. Dari segi guru, yang terkait dengan jumlah pebelajar, tampak kurang efisien. Dari segi usia perkembangan pebelajar, maka program pembelajaran individual cocok bagi siswa SLTP ke atas. Dari segi bidang studi, maka tidak semua bidang studi cocok untuk diprogramkan secara individual.
5.     Program dan tekanan utama pelaksanaan
Program pembelajaran individual berorientasi pada pemberian bantuan kepada setiap siswa agar ia dapat belajar secara mandiri. Kemandirian belajar tersebut merupakan tuntutan perkembangan individu.
b.    Pembelajaran secara kelompok
1.     Tujuan pembelajaran pada kelompok kecil
·        Memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional.
·        Mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong-royong dalam kehidupan.
·        Mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap anggota merasa diri sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab, dan
·        Mengembangkan kemampuan kepemimpinan-keterpimpinan pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan  masalah kelompok.
2.     Siswa dalam pembelajaran kelompok kecil
Siswa dalam kelompok kecil adalah anggota kelompok yang belajar untuk memecahkan masalah kelompok. Kelompok kecil merupakan satuan kerja yang kompak dan kohesif. Tiap siswa dalam kelompok kecil menyadari bahwa kehadiran kelompok diakui bila kelompok berhasil memecahkan tugas yang dibebankan. Dalam hal ini timbullah rasa bangga dan rasa “memiliki” kelompok pada tiap anggota kelompok. Siswa berbagi tugas, tetapi merasa satu dalam semangat kerja.
3.     Guru sebagai pembelajar dalam pembelajaran kelompok
Pembelajaran kelompok bermaksud menimbulkan dinamika kelompok agar kualitas belajar meningkat. Dalam pembelajaran kelompok jumlah siswa yang bermutu diharapkan menjadi lebih banyak.
Peran guru dalam pembelajaran kelompok terdiri dari (i) pembentukkan kelompok, (ii) perencanaan tugas kelompok, (iii) pelaksanaan, dan (iv) evaluasi hasil belajar kelompok.
c.      Pembelajaran  secara klasikal
Pembelajaran klasikal merupakan kemampuan guru yang utama. Hal ini disebabkan oleh pengajaran kalsikal merupakan kegiatan mengajar yang tergolong efisien. Secara ekonomis, pembiayaan kelas lebih murah. Oleh karena itu ada jumlah minimum siswa dalam kelas. Jumlah siswa tiap kelas pada umumnya berkisar dari 10 – 45 orang.
1. Pembelajaran dengan strategi ekspositori
Perilaku mengajar dengan strategi ekspositori juga dinamakan model ekspositori. Model pengajaran ekspositori merupakan kegiatan mengajar yang terpusat pada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang bahan pengajaran. Tujuan utama pengajaran ekspositori adalah “memindahkan” pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Hal yang esensial pada bahan pengajaran harus dijelaskan kepada siswa.
2.     Pembelajaran dengan strategi inkuiri
Model inkuiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengelola pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Model pengajaran inkuiri merupakan pengajaran yang terpusat pada siswa. Dalam pengajaran ini siswa menjadi aktif belajar. Tujuan utama model inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara ilimiah.
v